Pernah membayangkan berjalan di tengah kerumunan sambil mencicipi puluhan jenis makanan khas Indonesia tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam—atau bahkan gratis? Inilah yang membuat Festival Kuliner Nusantara menjadi acara yang tidak hanya mengenyangkan, tapi juga menyatukan selera dari Sabang sampai Merauke.
Festival ini bukan sekadar pesta makan-makan. Ia adalah panggung tempat resep warisan turun-temurun dipertemukan, dicicipi, dirayakan.
Tidak Hanya Makan, Ini Perjalanan Rasa
Saat kamu memasuki area festival, kamu tidak hanya mencium aroma sate Madura atau rendang Padang. Kamu sedang menginjak tanah tempat kuliner dijadikan bahasa pemersatu. Di satu sisi, ada ibu-ibu dari Ambon mengulek sambal colo-colo. Di sisi lain, pemuda-pemudi Makassar sedang memamerkan cara membuat coto khas dari resep kakek mereka.
Festival ini menyuguhkan lebih dari 100 jenis makanan tradisional Indonesia, dari yang familiar hingga yang nyaris terlupakan. Dan yang paling dicari pengunjung? Booth yang menawarkan cicip gratis—mulai dari bakwan Pontianak, papeda kuah kuning, sampai tiwul khas Gunung Kidul.
Jajanan Legendaris yang Muncul Setahun Sekali
Ada makanan yang tidak bisa kamu temukan di aplikasi ojek online. Jajanan yang hanya dibuat saat perayaan khusus, oleh tangan-tangan yang tahu betul rahasia rasanya. Nah, di Festival Kuliner Nusantara, makanan semacam ini justru menjadi bintang utama.
Contohnya:
- Kue rangi Betawi yang dibakar di atas arang kelapa, legit dengan siraman gula merah kental.
- Wajik ketan dari Sumatera Barat, yang lengketnya bisa bikin nostalgia masa kecil di kampung.
- Jadah tempe khas Kaliurang, yang meskipun sederhana, tetap jadi rebutan pengunjung.
Beberapa makanan ini bahkan dibuat langsung di tempat, oleh perwakilan dari komunitas kuliner lokal. Ada interaksi. Ada cerita. Ada sejarah di setiap gigitan.
Bukan Sekadar Festival, Tapi Pelestarian
Yang membuat Festival Kuliner Nusantara lebih dari sekadar acara makan besar adalah semangat pelestarian yang menyertainya. Banyak booth yang digawangi oleh pelaku UMKM kuliner yang sedang berjuang menjaga resep keluarga. Beberapa bahkan membawa peralatan tradisional dari daerah asal, mulai dari tungku tanah liat sampai cobek batu.
Ada juga sesi bincang santai dan demo masak bersama chef lokal dan nasional, membahas bagaimana cara mengangkat masakan tradisional ke ranah global tanpa menghilangkan ruhnya.
Kenyang Perut, Kaya Wawasan
Pengunjung tidak hanya pulang dengan perut penuh dan kantong penuh brosur resep. Mereka pulang dengan pemahaman baru: bahwa kekayaan kuliner Indonesia tidak bisa diremehkan. Dari sagu hingga beras, dari ikan asap hingga sambal matah—ada filosofi, teknik, dan kisah yang menyertainya.
Festival ini juga menjadi ajang berbagi antar budaya. Pengunjung dari berbagai latar belakang bisa saling mencicipi makanan dari daerah lain, tanpa harus naik pesawat atau menempuh perjalanan jauh.
Penutup: Festival yang Dinanti Setiap Tahun
Tak heran jika Festival Kuliner Nusantara selalu dinanti. Bukan hanya oleh pecinta makanan, tapi juga oleh siapa pun yang percaya bahwa budaya bisa disampaikan lewat rasa. Dan tentu saja, siapa yang bisa menolak godaan makan enak sambil jalan-jalan?
Jadi, kalau tahun depan festival ini kembali hadir di kotamu, jangan cuma lewat. Siapkan perut kosong, antusiasme tinggi, dan siap-siap jatuh cinta pada Indonesia—melalui rasa.

